Pengujian Impact
Uji impact adalah pengujian dengan
menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Pengujian impak merupakan
suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang
membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan, dimana
pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu
upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam
perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi
secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada
bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.
Pada uji impact terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban
menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Dasar pengujiannya yakni
penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu
ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami
deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan
untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan
tersebut.
Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui
dari pengujian tarik dan pengujian impact, tetapi dalam kondisi beban yang
berbeda. Beban pada pengujian impact seperti yang telah dijelaskan diatas
adalah secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan.
Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian
impact. Tetapi dari pengujian impact dapat diketahui sifat ketangguhan logam
dan harga impact untuk temperatur yang berbeda-beda, mulai dari temperatur yang
sangat rendah (-30oC) sampai temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan
tarik, temperatur kerja adalah temperatur kamar.
Ada dua macam metode uji impact, yakni metode
charpy dan izod, perbedaan mendasar dari
metode itu adalah pada peletakan spesimen, Pengujian dengan menggunkan
charpy lebih akurat karena pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap
energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap
material seutuhnya.
PENGUJIAN IMPACT METODE CHARPY
Batang uji Charpy banyak digunakan
di Amerika Serikat, Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur
sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o,
dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperature sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperature sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi
Prinsip
dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang dibutuhkan
untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan.
Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga
menabrak benda uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah Jadi
dengan demikian, energi yang diserap untuk mematahkan benda
uji ditunjukkan oleh selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas
dengan
tinggi bandul pada kedudukkan bawah (tinggi ayun). Segera setelah benda
uji
diletakkan, kemudian bandul dilepaskan sehingga batang uji akan melayang
(jatuh
akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji yang
diletakkan
semula dengan energi yang sama. Energi bandul akan diserap oleh benda
uji yang
dapat menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun benda
uji
tidak sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang
tinggi.
Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam hubungannya
dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah dimana terjadi
perubahan patahan ulet ke patahan getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan mikroskop.
PENGUJIAN IMPACT METODE IZOD
Perbedaan mendasar charpy
dengan izod adalah peletakan spesimen. Pengujian dengan menggunkan izod tidak
seakurat pada pengujian charpy, karena pada izod pemegang spesimen juga turut
menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di
serap material seutuhnya.
Metode uji Izod lazim digunakan di
Inggris dan Eropa, Benda uji Izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar
atau lingkaran dengan takik V di dekat ujung yang dijepit, kemudian uji impak
dengan metode ini umumnya juga dilakukan hanya pada temperatur ruang dan
ditujukan untuk material-material yang didisain untuk berfungsi sebagai
cantilever,
FAKTOR PENYEBAB PATAH GETAS PADA PENGUJIAN IMPACT
1. Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
2. Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan
getas karena pengaruh vibrasi elektronnya yang semakin rendah, begitupun
sebaliknya.
3. Strainrate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bulan di batas butir. Karena dislokasi ga sempat gerak ke batas butir.
Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur. Dari data tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap temperatur. Energi akan berbanding lurus dengan harga impak. Kemudian kita akan mendapakan temperatur transisi. Temperatur transisi adalah range temperature dimana sifat material dapat berubah dari getas ke ulet jika material dipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih besar. Temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap perubahan suhu.
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bulan di batas butir. Karena dislokasi ga sempat gerak ke batas butir.
Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur. Dari data tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap temperatur. Energi akan berbanding lurus dengan harga impak. Kemudian kita akan mendapakan temperatur transisi. Temperatur transisi adalah range temperature dimana sifat material dapat berubah dari getas ke ulet jika material dipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih besar. Temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap perubahan suhu.
BENTUK PATAHAN PADA UJI IMPACT
1. Patahan Getas
Patahan yang terjadi pada benda
yang getas, misalnya: besi tuang, dapat dianalisis Permukaan rata dan
mengkilap, potongan dapat dipasangkan kembali, keretakan tidak dibarengi
deformasi, nilai pukulan takik rendah
2. Patahan Liat
Patahan yang terjadi pada benda
yang lunak, misalnya: baja lunak, tembaga, dapat dianalisis Permukaan
tidak rata buram dan berserat, pasangan potongan tidak bisa dipasang lagi,
terdapat deformasi pada keretakan, nilai pukulan takik tinggi
3. Patahan Campuran
Patahan yang terjadi pada bahan
yang cukup kuat namun ulet, misalnya pada baja temper Gabungan patahan getas
dan patahan liat, permukaan kusam dan sedikit berserat, potongan masih dapat
dipasangkan, ada deformasi pada retakan
Komentar
Posting Komentar