Semen Portland
Semen Portland (Sumber: civilkitau.blogspot.co.id) |
Semen Portland adalah bahan perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat mengeras bila bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut dalam air.
Semen
hidrolis pada mulanya dibuat oleh Joseph Parker pada tahun 1796 dengan
membakar batu kapur argilasius yaitu batu kapur yg mengandung ± 20 %
oksida silica, alumina dan besi. Tahun
1824 Joseph Aspdin mempatenkan jenis semen yg dibuat dengan membakar
batu kapur yang mengandung tanah liat dari pulau Portland di Dorset
Inggris. Semen jenis inilah yang pertama membawa nama semen Portland.
Tetapi dalam pembuatan semen ini pembakarannya tidak sampai berbentuk
klinker (terak). Tahun
1845 Isaac Johnson menemukan semen modern dengan cara membakar batu
kapur dan tanah liat sampai berbentuk terak, kemudian menggiling terak
tersebut sampai halus. Pada waktu itu untuk membakar dipergunakan tungku
tegak sederhana. Tahun 1895 Murry dan Seamen dari Amerika menemukan tungku putar modern yang dipergunakan untuk produksi semen sampai saat ini.
Di
Indonesia, pabrik semen pertama kali didirikan di Indarung Sumbar pada tahun
1911. Pada tahun 1955 pabrik semen Gresik mulai menggunakan tungku putar.
Tahun 1968 dibangun pabrik semen di Tonasa Ujung Pandang, tahun 1970 di
Cibinong, kemudian Baturaja, Andalas dan Kupang.
Bahan Baku semen portland
Semen
Portland dibentuk dari oksida-oksida utama yaitu : Kapur (CaO), Silika
(SiO2), Alumina (Al2O3), Besi (Fe2O3). Bahan baku untuk memperoleh
oksida-oksida tersebut adalah :
1. Batu kapur kalsium (CaCO3), setelah mengalami proses pembakaran menghasilkan kapor oksida (CaO).
2. Tanah liat yang mengandung oksida Silika (SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
1. Batu kapur kalsium (CaCO3), setelah mengalami proses pembakaran menghasilkan kapor oksida (CaO).
2. Tanah liat yang mengandung oksida Silika (SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
3. Pasir kuarsa atau batu silica untuk menambah kekurangan SiO2.
4 Pasir besi untuk menambah kekurangan Fe2O3.
4 Pasir besi untuk menambah kekurangan Fe2O3.
Proses Pembuatan Semen
Secara umum proses pembuatan semen adalah :
1. Penambangan bahan baku.
2. Persiapan dan penyediaan bahan mentah/baku. Bahan baku hasil
penambangan dipecah dengan mesin pemecah, digiling halus, dicampur
merata dalam perbandingan tertentu yang telah dihitung sebelumnya dan dilakukan di mesin pencampur.
3. Pembakaran. Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku pembakaran dan dibakar sampai suhu 1450°C sehingga berbentuk terak.
4. Penggilingan Terak dan penambahan Gips. Terak yang sudah dingin (suhu ± 90°) digiling halus bersama-sama dengan gips.
5. Pengepakan. Dalam proses pembuatan semen ada dua macam proses, yaitu : proses basah dan kering.
PROSES BASAH,
dilakukan bila bahan-bahan yang diolah dalam bentuk lunak seperti batu
kapur yang bercampur lempung. Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Tanah liat dan air diaduk kemudian dibersikan di dalam bejana dipindahkan ke bejana lain dengan kadar air 35 – 50 %.
2. Batu kapur digiling di jaw dan roll crusher ditambah air kemudian diaduk dalam ballmill dengan kadar air 35 – 50 %.
3. Penambahan bahan-bahan koreksi bila dibutuhkan.
4. Semua bahan dicampur kemudian dimasukkan ke dalam tungku putar untuk dibakar, dimana pembakaran dilakukan secara bertahap yaitu :
1. Tanah liat dan air diaduk kemudian dibersikan di dalam bejana dipindahkan ke bejana lain dengan kadar air 35 – 50 %.
2. Batu kapur digiling di jaw dan roll crusher ditambah air kemudian diaduk dalam ballmill dengan kadar air 35 – 50 %.
3. Penambahan bahan-bahan koreksi bila dibutuhkan.
4. Semua bahan dicampur kemudian dimasukkan ke dalam tungku putar untuk dibakar, dimana pembakaran dilakukan secara bertahap yaitu :
- Pengeringan, suhu ±120°C.
- Pemanasan pendahuluan, suhu 120°C-850°C.
- Kalsinasi (penguraian kapur, kapur berubah susunan kimianya, karbondioksida keluar), 850°C 1100°C.
- Sintering (pelelehan), dimana pada suhu 1100°C-1450°C terjadi perpaduan diantara oksida-oksida tersebut sehingga membentuk senyawa kalsiumsilikat dan kalsiumaluminat pada terak/klinker semen.
- Pendinginan terak, suhu 1450°C-1000°C.
5. Setelah dibakar maka terbentuklah klinker yang masih panas kemudian dari tungku dipindahkan ke tempat penyimpanan.
6. Di tempat ini klinker dibiarkan mendingin sampai mencapai suhu < 90°C.
7. Setelah itu ditimbun sampai mencapai suhu ruang.
8. Ditambahkan gips asli berbentuk kalsium sulfat hidrat (CaSO42H2O) sebanyak ± 2 – 4 % kemudian digiling bersama-sama klinker dalam ballmill.
9. Diayak dengan ayakan 75 mikron atau lebih halus lagi untuk semen mengeras cepat.
10. Ditempatkan dalam silo-silo penyimpanan.
11. Dikemas dalam kantong 50 kg.
12. Didistribusikan
6. Di tempat ini klinker dibiarkan mendingin sampai mencapai suhu < 90°C.
7. Setelah itu ditimbun sampai mencapai suhu ruang.
8. Ditambahkan gips asli berbentuk kalsium sulfat hidrat (CaSO42H2O) sebanyak ± 2 – 4 % kemudian digiling bersama-sama klinker dalam ballmill.
9. Diayak dengan ayakan 75 mikron atau lebih halus lagi untuk semen mengeras cepat.
10. Ditempatkan dalam silo-silo penyimpanan.
11. Dikemas dalam kantong 50 kg.
12. Didistribusikan
PROSES KERING,
dilakukan jika bahan bakunya berupa batuan yang keras atau lebih keras
daripada batuan yang diolah pada proses basah. Prosesnya dilakukan
sebagai berikut :
1. Bahan baku dipecah menjadi butiran agak halus lalu dikeringkan dalam bejana-bejana pengering.
2. Bahan yang telah kering digiling halus menjadi tepung dan masing-masing bahan ini dipisahkan tersendiri, kemudian dicampur dalam perbandingan tertentu sesuai dengan perhitungan komposisi yang dikehendaki dan dicampur dalam mesin pencampur berputar.
3. Bahan berbentuk tepung ini dimasukkan dalam system pembakaran yang terdiri dari :
2. Bahan yang telah kering digiling halus menjadi tepung dan masing-masing bahan ini dipisahkan tersendiri, kemudian dicampur dalam perbandingan tertentu sesuai dengan perhitungan komposisi yang dikehendaki dan dicampur dalam mesin pencampur berputar.
3. Bahan berbentuk tepung ini dimasukkan dalam system pembakaran yang terdiri dari :
- Dilakukan pemanasan pendahuluan pada alat Pemanas pendahuluanberbentuk “cyclone preheater” atau yang lebih modern “suspension preheater”.
- Dilakukan kalsinasi pada alat kalsinator untuk menguraikan kapur
menjadi kapur oksida pada suhu 900°C. - Dibakar pada tungku putar yang jauh lebih pendek dari tungku pada proses basah sampai terjadi leburan bahan menjadi terak/klinker semen.
4. Setelah dibakar maka terbentuklah klinker yang masih panas kemudian dari tungku dipindahkan ke tempat penyimpanan.
5. Di tempat ini klinker dibiarkan mendingin sampai mencapai suhu < 90°C.
6. Setelah itu ditimbun sampai mencapai suhu ruang.
7. Ditambahkan gips asli berbentuk kalsium sulfat hidrat (CaSO42H2O) sebanyak ± 2 – 4 % kemudian digiling bersama-sama klinker dalam ballmill.
8. Diayak dengan ayakan 75 mikron atau lebih halus lagi untuk semen mengeras cepat.
9. Ditempatkan dalam silo-silo penyimpanan.
10. Dikemas dalam kantong 50 kg.
11. Didistribusikan
6. Setelah itu ditimbun sampai mencapai suhu ruang.
7. Ditambahkan gips asli berbentuk kalsium sulfat hidrat (CaSO42H2O) sebanyak ± 2 – 4 % kemudian digiling bersama-sama klinker dalam ballmill.
8. Diayak dengan ayakan 75 mikron atau lebih halus lagi untuk semen mengeras cepat.
9. Ditempatkan dalam silo-silo penyimpanan.
10. Dikemas dalam kantong 50 kg.
11. Didistribusikan
Tungku
Putar berbentuk silinder terbuat dari baja tebal pada bagian luarnya,
sedangkan pada bagian dalam dilapisi batu tahan api. Tungku dipasang
miring 2-5°sehingga massa dalam tungku dapat mengalir. Tungku ini
ditempatkan pada landasan roll sehingga dapat berputar. Kecepatan
putaran ½ rpm. Bahan bakar umumnya batu bara tua (antrasit) atau minyak
bakar.
Susunan Kimia Semen
Susunan oksida yang membentuk semen terdiri dari :
o CaO 60-67 %
o SiO2 17-25 %
o Al2O3 3-8 %
o Fe2O3 0,5-6 %
o MgO 0,1-4 %
o Alkali(K2O + Na2O) 0,2 – 1,3 %
o SO3 1-3 %
o CaO 60-67 %
o SiO2 17-25 %
o Al2O3 3-8 %
o Fe2O3 0,5-6 %
o MgO 0,1-4 %
o Alkali(K2O + Na2O) 0,2 – 1,3 %
o SO3 1-3 %
Setelah
melalui proses pembakaran, oksida ini berubah menjadi senyawa-senyawa
yang membentuk semen. Senyawa semen terdiri dari :
a) Trikalsium silikat 3 CaO SiO2 disingkat C3S
b) Dikalsium silikat 2 CaO SiO2 disingkat C2S
c) Trikalsium aluminat3 CaO Al2O3 disingkat C3A
d) Tetrakalsium alumino forit 4CaOAl2O3Fe2O3 disingkat C4AF.
b) Dikalsium silikat 2 CaO SiO2 disingkat C2S
c) Trikalsium aluminat3 CaO Al2O3 disingkat C3A
d) Tetrakalsium alumino forit 4CaOAl2O3Fe2O3 disingkat C4AF.
C3S
dan C2S merupakan senyawa utama yang dapat mengakibatkan bersifat semen
(perekat). Jumlah kedua senyawa ini 70 – 80 %. Semen Portland dengan
kadar C3S yg lebih tinggi dari pada kadar C2S pada umumnya mempunyai
sifat mengeras lebih cepat.
C3A
dan C4AF merupakan senyawa bawaan dari bahan dasarnya. Kedua senyawa
ini berfungsi sebagai pencair (fluk) pada waktu pembakaran sehingga
pembentukan C2S dan C3S cukup dengan suhu 1300 - 1450°C.
Senyawa
C3A tidak mempunyai sifat semen. Senyawa ini bila terkena air segera
bereaksi dan mengeluarkan panas kemudian hancur. Kadar C3A dalam semen
maksimum 18 %. Bila lebih, maka semen mempunyai sifat tidak kekal
bentuknya (mengembang) akibat panas yang terlalu tinggi pada waktu
pengerasannya. Selain itu senyawa ini juga dapat dipengaruhi oleh
senyawa sulfat (SO3), sehingga semen menjadi tidak tahan sulfat. Untuk
semen tahan sulfat, ASTM mensyaratkan kadar senyawa ini mak 3 %.
Untuk
memperendah C3A, maka dalam pembuatannya ditambahkan bijih besi
sehingga senyawa C4AF menjadi tinggi. Senyawa ini tidak membahayakan
bagi semen, tetapi bila jumlahnya terlalu banyak akan memperlambat
pengerasan semen.
Oksida atau senyawa lain yang tidak dikehendakai pada semen, yaitu :
1) Magnesium Oksida (MgO). Kadar MgO dalam semen mak 5 %, bila lebih dari nilai ini menyebabkan semen bersifat tidak kekal bentuknya (berubah bentuknya) karena volumenya mengembang setelah pengerasan terjadi.Perubahan bentuk ini terjadi setelah beberapa lama (sekian bulan atau tahun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya reaksi antara MgO dan air membentuk magnesium hidroksida yang disertai dengan membesarnya volume. MgO + H2O → Mg(OH)2 + kalori.
1) Magnesium Oksida (MgO). Kadar MgO dalam semen mak 5 %, bila lebih dari nilai ini menyebabkan semen bersifat tidak kekal bentuknya (berubah bentuknya) karena volumenya mengembang setelah pengerasan terjadi.Perubahan bentuk ini terjadi setelah beberapa lama (sekian bulan atau tahun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya reaksi antara MgO dan air membentuk magnesium hidroksida yang disertai dengan membesarnya volume. MgO + H2O → Mg(OH)2 + kalori.
2)
Kapur bebas, yaitu kalsium oksida (CaO). Ini merupakan kelebihan kapur
di dalam susunan bahan baku, yang setelah proses pembakaran tidak ikut
membentuk senyawa semen. Kapur bebas yang tinggi (> 67 %) juga
mengakibatkan bentuk yang tidak stabil pada semen setelah
mengeras.
CaO + H2O → Ca(OH)2 + kalori.
3)
Alkali, yaitu Na2O dan K2O. Kadar alkali yang tinggi mempengaruhi
kecepatan pengerasan semen. Bila dalam pembuatan beton dipakai batuan
yang mengandung silica reaktif dan semennya mengandung alkali tinggi,
maka akan terjadi reaksi kimia antara silica dan alkali membentuk
senyawa alkali silikat yang higroskopis dan membesarnya volume dalam
keadaan basah. Akibat reaksi ini mengakibatkan beton retak atau pecah.
Pengaruh Air Terhadap PC
- Jika air ditambahkan pada semen Portland, maka akan terbentuk jaringanserabut (gel) yang menyelubungi butir-butir semen yang lain. Di dalam gel ini terdapat : air pembentuk gel yang jumlahnya tertentu dan air bebas yang jumlahnya tergantung jumlah air pencampur pada PC.
- Senyawa C3s dan C2S pada semen bila bertemu dengan air akan membentuk gel sebagai senyawa kalsium silikat hidrat yang menghasilkan kristal-kristal kapur dan senyawa hasil hidrasi C3A dan C4AF.
- Bila air pencampur PC terlalu banyak, akibat adanya pengeringan maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap sehingga gel menjadi porous :
Gel menyusut banyak : terjadi retakan
Kekuatan gel rapuh : daya rekat semen rendah.
Proses Hidrasi (Pengerasan Semen)
Jika
semen dicampur dengan air dan diaduk merata akan mengeras dan membentuk
benda padat dan mempunyai kekuatan tertentu. Semen dapat mengeras,
memberi daya rekat dan mempunyai kekuatan disebabkan oleh terjadinya
suatu proses hidrasi, yaitu proses bereaksinya senyawa semen dengan air
membentuk senyawa hidrat.
Dalam
proses hidrasi, pembentukan senyawa hidrat yang dapat mengeras disertai
dengan pelepasan panas (kalori). Ini disebut dengan panas hidrasi.
Reaksi kimia yang terjadi selama proses hidrasi adalah sebagai berikut :
1. 3 CaO Al2O3 + 26H2O + 3CaSO4 2H2O→3CaO Al2O3 3CaSO4 31H2O + kalori (326 kal/gr)
Disingkat : C3A + 26 H + 3CSH2 → C3A 3CSH31 + kalori senyawa yang dihasilkan biasa disebut trisulfo aluminat atau trisulfat atau ettringate yang berperanan menghambat penegerasan/pengikatan semen.
Disingkat : C3A + 26 H + 3CSH2 → C3A 3CSH31 + kalori senyawa yang dihasilkan biasa disebut trisulfo aluminat atau trisulfat atau ettringate yang berperanan menghambat penegerasan/pengikatan semen.
2. 3 CaO Al2O3 + 2H2O →3CaO Al2O3 6H2O + kalori (207 kal/gr) Disingkat : C3A + 6 H → C3A H6 + kalori
3. 2
(3CaO SiO2 ) + 6H2O →3CaO 2SiO23H2O + 3 Ca(OH)2 + kalori (120 kal/gr)
Disingkat : 2C3S + 6 H → C3S2 H3 + 3 CH + kalori. Hasil reaksi kimia ke
(2) dan ke (3) ini merupakan senyawa hidrat yang paling penting karena
senyawa inilah yang betul-betul bersifat semen yang memberikan daya
rekat dan kekuatan . Senyawa ini disebut Tobermorit.
4. 2 (2CaO SiO2 ) + 4H2O →3CaO 2SiO23H2O + Ca(OH)2+ kalori (62 kal/gr) Disingkat : 2C2S + 4 H → C3S2 H3 + CH + kalori
5. 4
CaO Al2O2 Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2→6CaO Al2O2 Fe2O3 12H2O + kalori (100
kal/gr) Disingkat : C4AF + 10 H + 2 CH → C6AF H12 + kalori
Panas Hidrasi PC
- Panas hidrasi adalah panas yang terjadi ketika PC bereaksi dengan air.Pengeluaran panas tersebut tergantung dari : susunan senyawa PC, kehalusan butiran PC dan kecepatan reaksi antara butiran PC dengan Air.
- Urutan banyaknya panas yang dikeluarkan adalah : C3A, C3S, C4AF, C2S.
Sifat-Sifat Semen Portland
Sifat-sifat
semen Portland sangat dipengaruhi oleh susunan senyawa dan
oksida-oksida lain yang merupakan pengotoran. Untuk mengetahui
sifat-sifat semen perlu dilakukan pengujian di laboratorium berdasarkan
standar yang ada. Standar yang paling umum dianut di dunia adalah
ASTM-C150, Standar british (BS-12), Standar Jerman (DIN). Untuk di
Indonesia digunakan SII 0013-1977.
Sifat Kimia Semen Portland
Di dalam tungku pada zona pembakaran (klinkering zone), urutan terbentuknya senyawa adalah :
1. C4AF
2. C3A
3. C2S Alpha, C2S betha. C2S betha + C2S alpha + CaO bebas terbentuk klinker menjadi abu.
4. C3S (suhu >1250°C. Banyaknya pembentukan C3S tergantung dari : banyaknya kapur, komposisi perbandingan dan suhu pembakaran tinggi dan stabil.
5. Klinker (gabungan senyawa-senyawa).
Jika senyawa-senyawa tersebut berhubungan dengan air, maka sifatnya adalah2. C3A
3. C2S Alpha, C2S betha. C2S betha + C2S alpha + CaO bebas terbentuk klinker menjadi abu.
4. C3S (suhu >1250°C. Banyaknya pembentukan C3S tergantung dari : banyaknya kapur, komposisi perbandingan dan suhu pembakaran tinggi dan stabil.
5. Klinker (gabungan senyawa-senyawa).
Sifat-sifat Senyawa Semen |
Sifat-sifat Fisika semen Portland
a. Kehalusan Butir (Fineness)
Kehalusan
butir semen akan mempengaruhi proses hidrasi. Semakin halus butiran
semen maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen tertentu
menjadi lebih besar sehingga jumlah air yang dibutuhkan juga banyak.
Semakin halus butiran semen maka proses hidrasinya semakin cepat
sehingga semen mempunyai kekuatan awal tinggi. Selain itu butiran semen
yang halus akan mengurangi bleeding, tetapi semen cenderung terjadi
penyusutan yang besar dan mempermudah terjadinya retak susut pada beton.
ASTM
mensyaratkan tingkat kehalusan butiran semen adalah pada ayakan no. 200
butiran semen yang lolos sebesar lebih dari 78 %. Tingkat kehalusan
semen diuji dengan alat Blaine.
b. Berat jenis dan berat isi
Berat jenis semen berkisar antara 3,10 – 3,30 dengan berat jenis rata-rata sebesar 3,15. BJ semen penting untuk diketahui karena dengan mengetahui BJ semen akan dapat dilihat kualitas semen itu. Semen yang mempunyai BJ < 3,0 biasanya pembakarannya kurang sempurna atau tercampur dengan bahan lain atau sebagian semen telah mengeras, ini berarti kualitas semen turun. Berat isi gembur semen kurang lebih 1,1 kg/liter, sedang berat isi padat semen sebesar 1,5 kg/liter. Di dalam praktek biasanya digunakan berat isi rata-rata sebesar 1,25 kg/liter.
Berat jenis semen berkisar antara 3,10 – 3,30 dengan berat jenis rata-rata sebesar 3,15. BJ semen penting untuk diketahui karena dengan mengetahui BJ semen akan dapat dilihat kualitas semen itu. Semen yang mempunyai BJ < 3,0 biasanya pembakarannya kurang sempurna atau tercampur dengan bahan lain atau sebagian semen telah mengeras, ini berarti kualitas semen turun. Berat isi gembur semen kurang lebih 1,1 kg/liter, sedang berat isi padat semen sebesar 1,5 kg/liter. Di dalam praktek biasanya digunakan berat isi rata-rata sebesar 1,25 kg/liter.
c. Waktu pengikatan
Waktu
ikat adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras mulai semen
bereaksi dengan air sampai pasta semen mengeras dan cukup kaku untuk
menahan tekanan. Waktu ikat semen ada dua, (1) waktu ikat awal (initial
setting time), yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air sampai
pasta semen hilang sifat keplastisannya, (2) waktu ikat akhir (final
setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen sampai beton
mengeras. Waktu ikat awal semen berkisar antara 1-2 jam tetapi tidak
boleh kurang dari 1 jam atau lebih dari 8 jam. Waktu ikat awal semen
sangat penting diketahui untuk mengontrol pekerjaan beton. Untuk
tujuan-tujuan tertentu kadang-kadang dibutuhkan waktu initial setting
time lebih dari 2 jam. Biasanya waktu yang lebih lama ini digunakan
untuk pengangkutan beton (transportasi), penuangan, pemadatan dan
finishing. Waktu ikatan semen akan lebih pendek apabila temperaturnya
lebih dari 30°C. Waktu ikat ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air dan
lingkungan sekitarnya.
d. Kekekalan bentuk
kekekalan bentuk adalah sifat dari pasta semen yang telah mengeras, dimana bila pasta tersebut dibuat bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah. Ketidakkekalan semen disebabkan oleh jumlah kapur bebas yang berlebihan dan magnesia yang terdapat pada semen. Kapur bebas yang terdapat di dalam adukan akan mengikat air dan menimbulkan gaya yang bersifat ekpansif. Alat yang digunakan untuk menguji sifat kekekalan semen adalah “Autoclave Expansion of Portland CemenT” (ASTM C-151).
kekekalan bentuk adalah sifat dari pasta semen yang telah mengeras, dimana bila pasta tersebut dibuat bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah. Ketidakkekalan semen disebabkan oleh jumlah kapur bebas yang berlebihan dan magnesia yang terdapat pada semen. Kapur bebas yang terdapat di dalam adukan akan mengikat air dan menimbulkan gaya yang bersifat ekpansif. Alat yang digunakan untuk menguji sifat kekekalan semen adalah “Autoclave Expansion of Portland CemenT” (ASTM C-151).
e. Kekuatan semen
Kuat tekan semen sangat penting karena akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton. Kuat tekan semen ini merupakan gambaran kemampuan semen dalam melakukan pengikatan (daya rekatnya) sebagai bahan pengikat. Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat benda uji terdiri dari semen dan pasir silica dengan perbandingan tertentu dan dibuat kubus 5 x 5 x 5 cm. benda uji tersebut kemudian dilakukan perawatan (curing) dengan cara direndam dalam air. Setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari benda uji diuji kuat tekannya.
Kuat tekan semen sangat penting karena akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton. Kuat tekan semen ini merupakan gambaran kemampuan semen dalam melakukan pengikatan (daya rekatnya) sebagai bahan pengikat. Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat benda uji terdiri dari semen dan pasir silica dengan perbandingan tertentu dan dibuat kubus 5 x 5 x 5 cm. benda uji tersebut kemudian dilakukan perawatan (curing) dengan cara direndam dalam air. Setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari benda uji diuji kuat tekannya.
f. Pengikatan awal palsu
Yaitu
pengikatan awal semen yang terjadi kurang dari 60 menit, dimana setelah
semen dicampur dengan air segera nampak adonan menjadi kaku. Setelah
pengikatan awal palsu ini berakhir, adonan dapat diaduk kembali.
Pengikatan ini sifatnya hanya mengacau saja dan tidak mempengaruhi sifat
semen yang lain. Pengikatan awal palsu terjadi karena pengaruh gips
yang terdapat pada semen tidak bekerja sebagaimana mestinya. Seharusnya
fungsi gips pada semen adalah memperlambat pengikatan, tetapi karena
gips yang terdapat dalam semen terurai maka gips ini justru mempercepat
pengikatan awalnya.
Jenis-jenis semen portland
Adanya
perbedaan persentase senyawa kimia semen akan menyebabkan perbedaan
sifat semen. Kandungan senyawa yang ada pada semen akan membentuk
karakter dan jenis semen. Dilihat dari susunan senyawanya, semen portlan
dibagi dalam 5 jenis, yaitu :
1)
Semen Type I, semen yang dalam penggunaannya tidak secara khusus
(pemakaian secara umum). Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan umum
yang tidak memerlukan persyaran khusus.
2) Type II, mengandung kadar C3A < 8 %. Semen yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau utnuk podasi yang tertanam di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang berhubungan langsung dengan air rawa.
2) Type II, mengandung kadar C3A < 8 %. Semen yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau utnuk podasi yang tertanam di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang berhubungan langsung dengan air rawa.
3)
Type III, memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya digiling
sangat halus sehingga cepat mengalami proses hidrasi. Semen portland
yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase
setelah pengikatan terjadi. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan
di daerah yang bertemperatur rendah (musim dingin).
4)
Type IV, kadar C3S maksimum 35 % dan C3A maksimum 5 %. Semen portland
yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Digunakan
pada pekerjaan beton dalam volume besar (beton massa) dan masif,
misalnya bendungan, pondasi berukuran besar dll.
5)
Type V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
yang tinggi terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan
yang selalu berhubungan dengan air laut, saluran limbah industri,
bangunan yang terpengaruh oleh uap kimia dan gas agresif serta untuk
pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat
tinggi.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar